Rabu, 15 Mei 2013


SEJARAH TEGAL

Judul: Benteng Tegal
Digambar menggunakan kuas, melukiskan keadaan di sekitar benteng Tegal di pantai utara sebelah timur pulau Jawa. Benteng digambarkan di tengah agak ke kanan, sementara di seberang jalan sebelah kiri tampak atap rumah tinggal. Bendera Belanda berkibar di menara agak jauh ke kanan benteng. Sungai sekitar benteng digunakan untuk lalulintas air dengan seorang petugas jaga bersenjata tombak dan pedang. Di dekatnya seorang sedang duduk dengan anjing pengawalnya.


Tegal Station SCS 1920an


Kartupos diterbitkan oleh percetakan J.D. De Boer dari Tegal-Cheribon-Poerwokerto ini memperlihatkan stasiun Tegal dari barat mengarah ke timur (zij-aanzicht = pandangan sisi samping). Stasiun lumayan ramai karena 2 kereta api baru datang. Di sebelah kiri berada kereta api Cirebon-Semarang sedangkan kereta api yang terlihat di sebelah kanan adalah KA Semarang-Cirebon. Kita melihat lokomotif dari seri B52 yang dibangun di pabrik Hartmann di negeri Jerman pada tahun 1908. Di peron ada banyak penumpang yang mau berangkat ke Cirebon. Barangnya banyak juga. Mungkin penumpang tersebut mau transit di Cirebon lalu naik kereta api yang lain ke Batavia. Di sebelah kanan terlihat pangkalan taksi kereta kuda. Lokasi pangkalan tersebut sekarang ditempati gedung beton dan peron ditutup pagar.
Stasiun Tegal 1988
Tegal Station SCS 1909



Tegal Station SCS 1920an



Stasiun Tegal mulai dibangun pada tahun 1885 sebagai stasiun trem JSM (Java Spoorweg Maatschappij). Pada 1897 dibeli oleh maskapai perkeretaapian SCS (Semarang Cheribon Stoomtrammaatschappij) dan stasiun dilengkapi dengan atap besar yang berbahan kayu yang mengatapi 3 sepur. Pada tahun 1918 bagian dari 1885 direnovasi berdasarkan karya arsitek Henricus Maclaine Pont (1885 - 1971) tetapi atapnya dari 1897 tidak berubah banyak. Direktur SCS ir. J. Th Gerlings adalah mertua si arsitek sendiri. Sampai sekarang stasiun masih sama. Kartupos diterbitkan oleh percetakan J.D. De Boer dari Tegal-Cheribon-Poerwokerto ini memperlihatkan stasiun Tegal dari depan. (front-aanzicht = pandangan dari depan). Di sebelah kiri terlihat pangkalan taksi kereta kuda.

Gambar rancangan bagian baru Stasiun Tegal oleh arsitek Henricus McLaine Pont.
(Sumber: Arsip PT Kereta Api Indonesia di Bandung)



Panorama kompleks SCS di Tegal pada tahun 1918



Panorama kompleks SCS di Tegal pada tahun 1918. Di sebelah kiri terlihat kantor pusat SCS dari arsitek McLaine Pont yang sekarang menjadi UPS (Universitas Pinggir Stasiun alias Universitas Panca Sakti). Stasiun terdiri dari bagian depan dari arsitek McLaine Pont dari 1918 dan bagian atap dari 1897. Jika diukur dengan jarak tempuh antara Jakarta dan Surabaya, kota Tegal kira-kira berada di tengah-tengahnya. Posisi strategis yang didukung dengan infrastruktur yang memadai menjadikan Tegal sebagai kota transit. Hal tersebut berdampak pada hidupnya usaha di bidang jasa pariwisata, terutama perhotelan.

Sampai sekarang stasiun kereta api Tegal menghubungkan kota ini dengan kota-kota lain di Pulau Jawa. Beberapa kereta api yang singgah di stasiun ini adalah: Senja Utama dan Fajar Utama (Jakarta-Semarang), Sembrani dan Argo Dwipangga (Jakarta-Surabaya), Matarmaja (Jakarta-Malang), Bangunkarta (Jakarta-Jombang), Harina (Bandung-Semarang), dan Kaligung (Tegal-Semarang).

Stasiun Tegal 2008



Tegal Penjara ±1900


Kartupos ini dalam bahasa Belanda berjudul “Gevangenis”. Artinya “Penjara”. Penjara ini didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda di bekas benteng VOC yang dibangun pada tahun sekitar 1719 di Parkstraat (kini Jl Yos Sudarso) dekat pelabuhan di kota Tegal. Sampai sekarang gedung ini berfungsi sebagai penjara dengan nama resmi Lembaga Pemasyarakatan kelas II B Tegal.
Gambar memperlihatkan pintu masuk mengarah ke utara. Pintu yang berarsitektur gaya Neo Klasik ditutup dengan pagar besi. Didalam pintu terlihat lampu yang digantung pada langitnya. Di atas pintu terlihat bel besar yang dapat dibuyikan dengan memakai tali panjang. Tali tersebut terlihat dengan jelas di foto ini. 7 penjaga penjara berdiri didepan pagar sedang berpose untuk fotografer. 6 penjaga berseragam berwarna gelap dan 1 penjaga berseragam berwarna putih. Mungkinlah dia kepala penjaga penjara.

Bagian kosong yang di sebelah kanan dari fotonya diperuntukkan untuk menulis surat. Tetapi kartupos ini belum pernah ditulisi dan belum pernah dikirim. Siapa suka menerima kartupos yang bergambar penjara?
Kantor SCS Tegal 1913


Di depan Stasiun Kereta Api Tegal terdapat sebuah bangunan besar yang sekarang dipakai sebagai tempat kuliah. Kartupos diterbitkan oleh fotografer Jepang Abe Yoko ini memperlihatkan bangunan tua ini yang dulunya merupakan kantor pusat SCS (Samarang-Cheribon Stoomtram Maatschappij = Perusahaan Perkeretaapian Semarang-Cirebon). Gedung ini memang kalah mewah dibanding gedung Lawang Sewu di Semarang yang dulunya adalah kantor NIS (Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij = Perusahaan Perkeretaapian Hindia Belanda), tetapi tidak kalah cantik.

Menurut penuturan bpk Agus Sutanto selaku senior penjaga lintasan di PJL Pertamina Tegal,dulu ada terowongan yang menghubungkan kantor pusat SCS dengan Stasiun Tegal dan Balai Yasa Tegal.Terowongan ini digunakan para penjajah untuk melarikan diri dan bersembunyi dari kejaran penduduk Tegal.”kalau mereka(penjajah) diserang,mereka melarikan diri ke jakarta dengan naik kereta api,tetapi naiknya bukan dari stasiun,mereka masuk ke terowongan rahasia tersebut dan keluar di Balai Yasa dan naik kereta dari situ.namun sampai sekarang tidak ada yang mengetahui dimana letak pintu terowongan tersebut.”tuturnya.

Gedung ini didesain di tahun 1910 oleh seorang arsitek terkenal yaitu Henricus Maclaine Pont (1885 - 1971). Sebagai respons terhadap lintasan matahari tropik, massa bangunan diletakkan memanjang Timur-Barat. Dengan itu maka fasade sisi Utara dan Selatan kaya dengan artikulasi arsitektural untuk menangkap cahaya dan ventilasi. Direktur SCS ir. J. Th Gerlings adalah mertua si arsitek sendiri. Henricus Maclaine Pont terkenal juga dari karya lain antara lain gedung ITB di Bandung dan beliau adalah pendiri Museum Majapahit di Trowulan (Mojokerto). Henricus memberikan kontribusi penting bagi perkembangan peradaban masa lalu bangsa Indonesia dengan merekonstruksi kejayaan Majapahit melalui kajian kitab Nagarakertagama dan penelitian tinggalan arkeologis di Trowulan.

Sejak 1980 bekas gedung SCS di Jl. Pancasila No 2 ini ditempati kampus UPS. Biasanya UPS disebut Universitas Pinggir Stasiun tapi nama resminya Universitas Panca Sakti. Secara umum kondisinya masih baik, meski nampak tidak terawat, kotor, kumuh, namun masih menyisakan keindahan dan eksotisme sebuah bangunan klasik yang indah. Penggunaannya sebagai kampus dikhawatirkan akan merombak gedung bersejarah ini.
UPS 2008




Tegal Rumdin Residen 1907


Gedung dibangun pada tahun 1750an oleh Mathijs Willem de Man (1720-1763), residen di Tegal pada jaman itu, sebagai kediaman resmi. Gedungnya bergaya arsitektur Neo Klasik. Pada tahun 1950 menjadi Balai Kota. Pada tahun 1985 (hingga kini) menjadi kantor DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah). Sampai sekarang bentuk gedung hampir tidak berubah. Sebuah fronton segitiga yang besar dibangun di atas bagian depan, di bekas tempat tiang bendara.
Sisi gambar ada cerita dalam bahasa Perancis. Bahasa Indonesianya: Jam 11.30 sedang pulang dari Brebes. Mau ketemu seseorang yang tidak muncul. Saya mau tanya apakah dia absen. Tidak bisa tunggu untuk selamanya. Saya tidak suka kunjungan ini sama sekali. Mungkin saya lebih suka pergi ke tempat dingin. Dengan ciuman besar dari milikmu, Pascal.

Gedung DPRD Kota Tegal 2006 dan pada tahun 1890 dengan banyak pohon (foto dari arsip KITLV)


Penulis Belanda yang ternama, Louis Couperus, menginap disini pada bulan Juni 1899. Louis punya kakak namanya Geertruida Johanna (“Trudy”) yang tinggal di sini bersama suaminya Gerard yang bertugas sebagai residen di Tegal. Dalam buku “De Stille Kracht” ("Kekuatan Rahasia"), sebuah novel mengenai masyarakat kolonial Belanda di Jawa yang ditulis pada tahun 1900, Louis menceritakan gedung ini sebagai sebuah bangunan besar, sebesar istana, yang gelap, yang penuh rahasia, yang mistis. Rumah ini tidak pernah nyaman untuk ditinggali. Rumah ini selalu dipakai untuk pesta-pesta besar bagi orang-orang dari kelas atas. Rumah ini selalu menunggu pesta berikutnya. Rumah ini punya bagian halaman yang gelap. Di malam hari ada wangi bunga Sedap Malam. Anjing menggonggong. Ada bulan setengah. Ada banyak bayang-bayang hitam yang panjang. Ada pohon besar yang angker. Peristiwa-peristiwa aneh yang tidak dapat dijelaskan akal sehat juga terjadi di sini.

Residen Gerardus Johannes Petrus de la Valette (1855-?) dan Ibu Residen Geertruida Johanna de la Valette-Couperus (1856-1923) (Foto oleh studio Woodbury & Page Batavia dan studio Adolphe Zimmermans La Haye. Sumber: arsip ahliwaris dari Carla Biberle, cucu dari Residen dan Ibu Residen)


Upacara resmi di rumah dinas residen Tegal.


Foto ini memperlihatkan si Residen (berkumis) dan Ibu Residen (duduk) dan rombongan kolonial (di sebelah kiri) dikunjungi delegasi dari komunitas Tionghoa Tegal terdiri dari 6 orang berpakaian adat. Terlihat mebel bagus yang didisainkan dalam gaya Neo Rokoko (foto dari arsip ahliwaris dari Carla Biberle). Rumah ini selalu dipakai untuk pesta-pesta besar bagi orang-orang dari kelas atas. Jika kapal perang bersandar di pelabuhan Tegal, opsir-opsir pasti diundangi untuk berpesta di Rumah Residen. Rumah ini juga berfungsi sebagai pusat kebudayaan. Seringkali pementasan sadiwara diadakan, tableaux vivants (lukisan hidup) diperlihatkan dan sastra atau syair diperdengarkan.[hr]
Ruang kantor Residen Tegal (foto dari arsip ahliwaris dari Carla Biberle)


Pelabuhan Tegal
Tegal 1920 (Koleksi Universitas Tohoku, Miyagi, Jepang)
Geografis Prasejarah TEGAL
Menurut sejarah geografi, dulu sebelum mengalami jaman transgresi, Pulau Sumatra, Jawa, dan Kalimantan merupakan sebuah semenanjung besar dari Benua Asia, sehingga Sungai Musi, Indragiri, dan Kampar bermuara di Teluk/Laut Tiongkok Selatan. Sungai Barito dan sungai-sungai di Kalimantan Selatan, serta sungai-sungai di Pantai Utara Pulau Jawa semuanya mengalir ke Teluk/Selat Makasar. Sungai Kapuas mengalir ke Laut Tiongkok Selatan. Sungai Ciliwung mengalir dan bermuara di Teluk/Laut Sunda. Adapun nama semenanjung besar itu menurut sebagian orang adalah Semenanjung Malaya.
Pada saat terjadi transgresi, yaitu pada masa glasial di mana banyak es mencair sehingga lautan menjadi pasang dengan sangat hebatnya dan banyak lembah-lembah yang tergenang air, bahkan terjadi pemisahan semenanjung-semenanjung menjadi pulau-pulau seperti sekarang, seperti Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan.
Masa transgresi itu sedemikian besarnya sehingga lebah Kali Pemali, Kali Gung, Sungai Cacaban, dsb tergenang air dan menjadi sungai. Tegal merupakan teluk yang jauh menjorok ke darat. Bahkan ada kemungkinan juga daerah Gunung Kapur Goamacan dulunya pernah tertutup air, sehingga para penggali gamping sering menemukan fosil-fosil binatang laut. Endapan semakin lama semakin menebal dan air laut berkurang. Desa Pakulaut pernah menjadi teluk dan Margasari pernah menjadi bandar, terbukti dengan adanya Desa Dukuhbenda, perubahan dari kata bandar serta pernah ditemukannya tali ijuk besar oleh penduduk sewaktu menggali sebuah sumur di Desa Pakulaut.
Tempat pesiar laut yang indah dapat dibuktikan juga, karena ada tempat yang bernama Balaikambang dan tidak jauh dari tempat itu terdapat Arca Lembu Nandi. Sekitar abad ke-4 atau ke-5 daerah-daerah tersebut masih berupa teluk besar.
Lebaksiu juga berasal dari kata Lebak dan Siuh yang berarti dataran rendah yang indah. Sedangkan Ujungsari dulunya merupakan ujung besar dan merupakan bandar. Desa Pulogadung merupakan sebuah pulau yang makin lama dengan adanya erosi tanah dan endapan pada muara Sungai Gung, terjadilah dataran baru dan akhirnya pulau itu bersatu dengan Ujungrusi, hanya terpisah oleh Sungai Gung saja.
Sistem evolusi endapan itu secepatnya dapat terjadi karena arus Sungai Gung sangat deras. Batu dan pasir yang sangat banyak terbawa oleh banjir mempercepat proses terjadinya dataran baru. Setelah terjadi dataran baru, lama kelamaan didiami oleh orang yang kemungkinan pindahan dari daerah lereng Gunung Slamet, yang berpindah secara berangsur-angsur disebabkan karena kebutuhan mereka.
Orang-orang purba yang hidup di daerah Tegal kebanyakan berdiam di Danawarih, Watuwalang, Batuagung, Semedo, Cacaban, Jejeg, dsb. Sayangnya, peninggalan-peninggalan itu sekarang sulit didapat karena orang yang menemukan benda-benda tersebut membuangnya begitu saja karena menganggap tidak berarti.
Perpindahan penduduk dari daerah pegunungan ke daerah rendah diperkirakan terjadi pada jaman perunggu. Hal ini terbukti dengan sering ditemukannya barang-barang yang terbuat dari perunggu, tetapi tidak terdapat peninggalan-peninggalan yang terbuat dari batu, baik dari masa neolithicum maupun dari masa paleolithicum. Bukti adanya perpindahan penduduk juga terlihat dengan adanya satu kebudayaan yang sama, terutama tentang bahasa dan adat istiadatnya. Penduduk dari Bumijawa sampai Tegal merasa satu kesatuan yang sangat kuat.

Kehidupan Prasejarah Wong TEGAL
Cara hidup penduduk pada jaman purba masih sangat primitif. Pakaiannya terbuat dari kulit kayu. Makanan yang didapat dari hasil berburu atau menangkap ikan di sungai dan menari buah-buahan. Tempat tinggalnya masih berpindah-pindah, tergantung dari banyaknya bahan makanan yang menjadi persediaan. Bila persediaan makanan di suatu tempat kurang, maka mereka segera pindah ke tempat lain. Tempat yang disenangi adalah yang dekat dengan sumber air. Pada sumber-sumber air itulah mudah untuk berburu, karena binatang-binatang setiap waktu mencari air. Selain itu, air juga digunakan untuk keperluan hidup lain, seperti minum, mandi, dsb.
Diperkirakan tempat-tempat mereka pada jaman itu adalah di Lembah Sungai Gintung, Sungai Kumisik, Sungai Gung, Sungai Cacaban, dan Sungai Rambut.
Bila berburu, istri dan anak-anaknya ditinggalkan di suatu tempat yang dianggap aman. Para wanita itu lalu mengerjakan pekerjaan rumah, seperti membuat makanan bagi suaminya, mengatur pondoknya. Waktu yang masih ada, mereka gunakan untuk menanam tanaman yang digunakan untuk persediaan bahan makanan di hari-hari selanjutnya. Dengan demikian, kaum perempuan lama-kelamaan tidak mau lagi diajak berpindah-pindah dan mulai menetap di tempat yang dipilihnya.
Sistem perpindahan penduduk kemudian berhenti. Mereka saling membina keluarga dan hidup cara berburu berkurang, digantikan dengan bercocok tanam. Mereka berkelompok membina marganya sendiri-sendiri. Bagi yang tertua atau yang tercakap, dipilih untuk memimpin dan mengatur segala sesuatunya. Hidup mereka sangat rukun dan selalu bergotong-royong dalam menyelesaikan pekerjaan mereka. Mereka saling tolong-menolong. Anak-anak mereka dididik berburu, bercocok tanam, dsb. Tempat-tempat itu timbul desa-desa seperti sekarang. Pada waktu itu mereka menganut animisme dan dinamisme. Hal ini terbukti dengan adanya peninggalan-peninggalan seperti Menhir di Dermasuci, Karangjambu, dsb.




Sejarah Kabupaten Tegal

Sejarah Tegal
Kekayaan sejarah sebuah kota atau kawasan terlihat dari jejak peninggalan apa yang disebut cultural heritage dan living cultural yang tersisa dan hidup di kawasan tersebut. Keduanya merupakan warisan peradaban umat manusia.

Demikian halnya dengan Kabupaten Tegal, Wilayah yang kaya akan jejak peninggalan kesejarahan sebagai penanda bahwa Kabupaten Tegal sebagai tlatah kawasan tak dapat dilepaskan dari keterkaitan garis sejarah hingga membentuk kawasan sekarang ini.
Penekanan pada bidang pertanian misalnya, tak dapat dilepaskan dari kondisi wilayah dan akar kesejarahan tlatah Kabupaten Tegal yang mengembangkan kapasitasnya selaku wilayah agraris. Tradisi keagrarisan dimulai dari ketokoan Ki Gede Sebayu juru demung trah Pajang. Bahkan kalau dirunut keagrarisan itu dimulai semenjak Mataram Kuno.
Kesaksian ini diperkuat dengan ditemukannya artefak kuno dan candi di Pedagangan. Ditambah tlatah Tegal kerapkali dikaitkan dengan kerajaan Pajang dan Mataram Islam yang cenderung kekuasaan dengan basis pada agraris ( De Graaf, 1986).
Juru Demung Ki Gede Sebayu

Tegal berasal dari nama Tetegal, tanah subur yang mampu menghasilkan tanaman pertanian (Depdikbud Kabupaten Tegal, 1984). Sumber lain menyatakan, nama Tegal dipercaya berasal dari kata Teteguall. Sebutan yang diberikan seorang pedagang asal Portugis yaitu Tome Pires yang singgah di Pelabuhan Tegal pada tahun 1500 –an (Suputro, 1955).

Namun sejarah tlatah Kabupaten Tegal tak dapat diepaskan dari ketokohan Ki Gede Sebayu. Namanya dikaitkan dengan trah Majapahit, karena sang ayah Ki Gede Tepus Rumput ( kelak bernama Pangeran Onje) ialah keturunan Batara Katong Adipati Ponorogo yang masih punya kaitan dengan keturunan dinasti Majapahit (Sugeng Priyadi, 2002).
 

3 Oktober 1934 pengurus pusat Bruder Karitas memutuskan untuk mendirikan biara baru di Tegal. Enam bruder di bawah pimpinan Br. Canisius yang sedang berlayar dari Belanda akan menempati biara tersebut. Kemudian mereka bekerja sama dengan Suster-suster PBHK dan Romo MSC membangun sekolah, membentuk perkumpulan sepakbola, kelompok koor “St. Paulus”.Tapi pada revolusi kemerdekaan semua bangunan dibumihanguskan sebagai strategi perang. Sesudah perang kemerdekaan tanah dikembalikan kepada Keuskupan, dan Sr. PBHK meneruskan karya mereka disana.

 

Selasa, 14 Mei 2013

Awal Badai Matahari 2013 Dimulai?: Tiga Kali Badai Matahari Besar Menggelegar Jagad Raya Hanya Dalam 24 Jam!

Awal Badai Matahari 2013 Dimulai?:
Tiga Kali Badai Matahari Besar Menggelegar Jagad Raya Hanya Dalam 24 Jam!

matahari dan bumi
Hanya sehari alias hanya dalam kurun waktu 24 jam saja, tiga badai Matahari besar (dan mungkin masih akan bertambah) telah menggelegar dengan dahsyatnya. Koneksi beberapa satelit akan terganggu maka beberapa satelit akan dimatikan oleh NASA dan badan antariksa lainnya. Untuk beberapa hari mendatang komunikasi internet dan semua komunikasi via satelit juga akan terkena imbasnya akibat badai matahari ini.
14 Mei 2013 – Setelah sebelumnya Bumi dihantam badai matahari pada awal bulan  tepatnya tanggal 2 – 3 Mei lalu, kini pada tanggal 13-14 Mei Bumi kembali “dihajar” badai matahari beruntun, sebanyak 3 kali letupan hebat sang surya ini menggelegar dari kelas X-1,7 hingga kelas X-3,2, hanya dalam kurun waktu 24 jam saja.
Dalam tempo kurang dari 24 jam terakhir, tiga badai Matahari berkekuatan besar terjadi. Setelah meletupkan badai Matahari kelas X 1,7 pada Senin 13 Mei 2013 pukul 09:17 WIB dan kelas X 2,8 pada pukul 23:09 WIB ditanggal yang sama, pada Selasa 14 Mei 2013 pukul 08:17 WIB kembali Matahari meletupkan badainya.
Letupan badai matahari pertama - kiri : flare X1,7 (tanda panah) dalam citra SDO dan kanan : aliran massa korona yang mulai membanjir (tanda panah) seperti direkam kamera LASCO C2 satelit SOHO.
Letupan badai matahari pertama – kiri : flare X1,7 (tanda panah) dalam citra SDO dan kanan : aliran massa korona yang mulai membanjir (tanda panah) seperti direkam kamera LASCO C2 satelit SOHO.
badai matahari May 2013 - 01
Letupan badai matahari kedua – Citra satelit SOHO dalam kamera LASCO C2 pada 13 Mei 2013 pukul 23:24 WIB, menunjukkan perkembangan badai Matahari kelas X 2,8 (tanda panah X 2,8), sementara sisa-sisa massa korona badai Matahari sebelumnya nampak masih terlihat (tanda panah X 1,7).
Letupan badai matahari yang ketiga kali ini adalah yang terbesar, yakni kelas X 3,2. Seperti dua badai sebelumnya, badai Matahari terakhir juga didului flare yang terdeteksi satelit SDO (Solar Dynamics Observatory).
Dan berselang 8 menit kemudian lontaran massa koronanya terdeteksi lewat kamera LASCO C2 satelit SOHO (Solar and Heliospheric Observatory).
Cepatnya lontaran massa korona terjadi setelah flare mengindikasikan bahwa lintasan badai ini juga sama seperti badai sebelumnya (kelas X 2,8).
Dengan lintasan yang telah “dibersihkan” oleh badai Matahari X 2,8 maka badai Matahari X 3,2 ini dengan mudah melejit lebih cepat. Beruntung badai tersebut tidak mengarah ke Bumi maupun planet-planet lainnya.
badai matahari May 2013 - 02
Letupan badai matahari ketiga – Kelas X 3,2 pada 14 Mei 2013, pukul 08:17 WIB (arah panah)
Jadi ketiga Badai Matahari yang terdeteksi satelit SDO (Solar Dynamics Observatory) itu:
1. Kelas X 1,7 pada 13 Mei 2013, pukul 09:17 WIB (lihat video)
2. Kelas X 2,8 pada 13 Mei 2013, pukul 23:09 WIB (lihat video)
3. Kelas X 3,2 pada 14 Mei 2013, pukul 08:17 WIB
Sumber ketiga badai Matahari besar ini pun mulai terkuak. Adalah bintik Matahari AR 1748 yang menjadi penyebabnya, yang mulai menyembul di sisi timur cakram Matahari.
Bintik Matahari ini tidak terdeteksi dalam dua minggu silam sehingga jelas baru terbentuk setidaknya dalam seminggu terakhir. Proses pembentukannya berlangsung di sisi jauh Matahari (yang membelakangi Bumi) sehingga tak terdeteksi oleh satelit-satelit pemantau Matahari.
Berikut foto badai matahari ketiga:
badai matahari May 2013 - 03 badai matahari May 2013 - 05
Lintasan badai Matahari X 3,2 ini juga diprediksi bakal berjumpa dengan dua satelit aktif milik NASA : teleskop antariksa inframerah Spitzer dan wahana penyelidik komet Deep Impact/Epoxi.
Ada kemungkinan NASA bakal mematikan kedua satelit ini untuk sementara tatkala partikel-partikel badai sampai ke keduanya pada sekitar 15-16 Mei mendatang, untuk mencegah kerusakan pada sistem elektroniknya.
badai matahari May 2013 - 04Keterangan gambar atas : kiri = kilatan flare kelas X 3,2 (panah) yang mengawali badai Matahari, diabadikan satelit SDO. tengah = lontaran massa korona yang mulai melejit hanya dalam tempo 8 menit pasca badai (tanda panah), diabadikan kamera LASCO C2 satelit SOHO. kanan = peta magnetogram cakram Matahari terkini dari satelit SOHO, menunjukkan posisi bintik Matahari AR 1748 (dalam lingkaran putih), sumber tiga badai Matahari besar termutakhir.
Menurut NOAA, kerusakan besar akibat badai Matahari jarang terjadi, namun pernah dilaporkan adanya dampak serius. Misalnya, badai Matahari bulan Maret tahun 1989 mengakibatkan pembangkit listrik di Quebec, Kanada, lumpuh sehingga warga setempat harus hidup tanpa listrik selama berjam-jam.
rekaman-greenwich-badai-matahari
Sementara, dampak terbesar badai Matahari terjadi pada tahun 1859. Badai Matahari melumpuhkan sistem komunikasi telegraf di seluruh dunia dan mencipatakan aurora yang bisa dilihat hingga Karibia. Dan anehnya, sistem telegraf dilaporkan terus mengirimkan sinyal walaupun baterai telah dicopot!
Lalu, bagaimana dengan dampak badai Matahari di tahun 2013 kali ini? Bisa dibayangkan teknologi komunikasi pada saat ini sudah canggih karena sudah adanya internet dunia. Jika satelit penghubung komunikasi internet dimatikan atau lumpuh akibat efek dari badai matahari ini, bisakah anda bayangkan bagaimana keadaannya? (Ma’rufin Sudibyo)
Badai Matahari dapat melumpuhkan sistim kelistrikan. Maka otomatis juga akan melumpuhkan sistem komunikasi, satelit, internet bahkan semua perangkat elektronik di seluruh dunia
Artikel Terkait Lainnya:
Grafik CME (Corona Mass Ejection) dari Matahari (updated) :

Gambar animasi bergerak – Contoh penampakan Badai Matahari beberapa tahun lalu yang sempat terekam kamera pemantau matahari milik NASA (September 30 – October 1, 2001):

NASA 2012 WARNING PUBLIC: SUPER SOLAR STORM WARNING